6 November 2010

0 Info Terkini, Erupsi Gunung Merapi Semakin Sulit Diprediksi

Setelah erupsi 26 Oktober 2010, Gunung Merapi sempat tenang sejenak, dan hanya "batuk" ringan. Tapi, bagi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Dr Surono, tenangnya Merapi itu membuatnya curiga bahwa Merapi seperti menghimpun tenaga. Kecurigaan Surono terbukti. Gunung Merapi kembali menggeliat dan mengeluarkan letusan lebih hebat dibandingkan erupsi pertamanya, Kamis malam menjelang Jumat dinihari, 5 November 2010. Bahkan, terakhir ini mungkin terdahsyat dalam kurun waktu 100 tahun terakhir.

Sejak erupsi 26 Oktober, sampai Jumat awal November itu, letusan Merapi telah merenggut 109 jiwa. Jumlah korban mungkin masih akan bertambah, mengingat sebagian desa terkena luapan awan panas di radius bahaya Merapi belum seluruhnya kelar disisir tim evakuasi,

Amuk Merapi yang meletus pada Jumat dini hari itu telah membuat warga Yogyakarta panik, terlebih setelah daerah bahaya diperluas menjadi radius 20 kilometer dari kawah Merapi. Yogyakarta disiram derasnya debu vulkanik, yang membuat jarak pandang di Jalan Kaliurang sampai nol meter pada Jumat siang lalu. Hujan yang mengguyur juga membuat lahar dingin meluncur menuju kota Yogyakarta. Kali Code, dilaporkan meluap melebihi ambang batas. Status Siaga I pun diberlakukan Jumat petang.

Apakah Merapi akan berangsur normal atau justru sedang bersiap memuntahkan energi lebih besar, belum ada jawaban pasti.

Satu diskusi antara para geolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Earth Observatory of Singapore (EOS) membahas kondisi Merapi ini. Ada sejumlah kesimpulan menarik yang ditarik dari diskusi tersebut.

Pertama, letusan Merapi saat ini berbeda dengan letusan sebelumnya sejak tahun 1870-an. Letusan sebelumnya berasal dari magma dangkal, dengan kedalaman sekitar 2 kilometer. "Sekarang tipe eksplosif karena kelihatannya berasal dari magma sangat dalam, 6 sampai 10 kilometer,"

Situasi juga jadi makin sulit untuk diprediksi setelah peralatan yang masih berfungsi hanya seismometer. Sementara, alat lainnya seperti alat monitoring deformasi (EDM dan tilt meter), alat pencatat gas, dan alat monitoring visual, rusak.

Bahkan, Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo mengatakan gerakan gunung ini sempat tak bisa diprediksi karena kerusakan satu alat seismograf yang terkena awan panas, atau wedhus gembel.

"Apakah mungkin terjadi letusan yang lebih besar? Jawabannya, data yang ada tidak cukup untuk menjawab hal ini," salah satu geolog mengeluh.

Para geolog was-was karena mereka tak bisa mengetahui berapa besar kantung magma-dalam. Meski begitu, ada cara lain untuk membantu memprediksi letusan selanjutnya, yakni dengan melihat komposisi kimia muntahan materi dari kawah gunung stratovolcano berusia jutaan tahun itu.

Keyword :
ERUPSI MERAPI | KABAR TERKINI LETUSAN MERAPI | PREDIKSI RADIUS LETUSAN | PENGUNGSI MERAPI | AWAN PANAS MERAPI | ABU VULKANIS MERAPI | KONDISI MERAPI | KABAR MERAPI 6 NOVEMBER 2010

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sragen Cyber Online Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates