Adegan yang berbau asmara biasanya dilakukan orang secara sembunyi-sembunyi, bahkan mungkin di tempat yang cukup terpencil dan gelap. Itu tidak terjadi di Jalan Raya Sesetan, Banjar Kaja, Bali. Sekitar 100-an muda-mudi justru melakukan ciuman massal di jalanan umum. Mereka juga disaksikan ratusan orang. Adegan syuur itu digelar setahun sekali, yakni sehari setelah umat Hindu merayakan Hari Suci Nyepi, tidak saja dibanjiri ratusan penonton dari sejumlah daerah Pulau Dewata, tetapi juga para turis mancanegara. Tradisi ciuman masal ini diberi Omed Omedan. Dalam tradisi ini ada yang berciuman malu-malu. Tapi banyak juga yang melakukan french kiss dengan penuh semangat dan dilakukan dalam waktu yang cukup lama, sampai orang harus memisahkan mereka.
Atraksi yang hanya boleh dilakukan pria dan wanita yang masih berstatus perjaka dan perawan, serta khusus bagi warga dari Banjar Kaja tersebut, dimulai dengan pengelompokan para peserta. Para pemuda, tak peduli ganteng atau tidak, berbaris di bagian utara jalan, sedang kelompok wanita berderet di selatan jalan, dengan jarak antara atau daerah renggang sekitar 25 meter.
Dari dua arah tersebut, masing-masing kelompok yang sudah mengenakan kaos didominasi warna putih bertuliskan Omed Omedan, mulai saling bergerak dan bertemu di tengah arena, yang di pingir kiri kanannya dipadati penonton dan panitia pengawas "pertandingan cium".
"Laga cium" itu dimulai setelah panitia memberi aba-aba. Sejak itu aksi syur pun berlangsung. Adegan "mesra"
Atraksi yang hanya boleh dilakukan pria dan wanita yang masih berstatus perjaka dan perawan, serta khusus bagi warga dari Banjar Kaja tersebut, dimulai dengan pengelompokan para peserta. Para pemuda, tak peduli ganteng atau tidak, berbaris di bagian utara jalan, sedang kelompok wanita berderet di selatan jalan, dengan jarak antara atau daerah renggang sekitar 25 meter.
Dari dua arah tersebut, masing-masing kelompok yang sudah mengenakan kaos didominasi warna putih bertuliskan Omed Omedan, mulai saling bergerak dan bertemu di tengah arena, yang di pingir kiri kanannya dipadati penonton dan panitia pengawas "pertandingan cium".
"Laga cium" itu dimulai setelah panitia memberi aba-aba. Sejak itu aksi syur pun berlangsung. Adegan "mesra"
tersebut baru terhenti setelah pihak penyelenggara atau pengawas "pertandingan" menyiramkan air ke arena Omed Omedan. Namun demikian, tampak pula ada sejumlah peserta yang bandel, mereka tetap "lengket" meski telah dua sampai tiga ember air disiramkan tepat di atas kepala kedua "pasangan" tersebut.
Sesepuh Puri Sesetan Denpasar I Gusti Ngurah Oka mengatakan, "Tradisi yang sudah dimulai sejak ratusan tahun silan itu, setiap tahun harus digelar oleh warga di daerahnya." Namun, kini sejumlah sesepuh merasa tradisi itu terancam UU Anti-Pornografi.
Sesepuh Puri Sesetan Denpasar I Gusti Ngurah Oka mengatakan, "Tradisi yang sudah dimulai sejak ratusan tahun silan itu, setiap tahun harus digelar oleh warga di daerahnya." Namun, kini sejumlah sesepuh merasa tradisi itu terancam UU Anti-Pornografi.
0 comments:
Posting Komentar