Lidah orang Sragen identik dengan rasa manis, sehingga banyak kuliner khas di Sragen yang menawarkan makanan dengan rasa manis. Namun berbeda bila kita berwisata kuliner di tempat satu ini yang justru menjual rasa sangat pedas dan terasa panas di lidah, begitu yang pertama kali terasa saat menyantap Bothok Mercon. Rasa pedas yang amat sangat ini merupakan ciri khas bothok yang satu ini. Bagi pecinta masakan-masakan bercita rasa pedas, botok ikan patin ini dijamin akan membuat ketagihan. Saat menyantap bothok mercon, akan terasa lebih nikmat bila ditemani dengan teh manis yang panas. Kebanyakan penikmat bothok mercon akan menghabiskan 2 hingga 3 gelas minuman untuk mengimbangi rasa pedas yang serasa melekat lidah.
Bothok Mercon ini dapat dijumpai di daerah Sragen. Tepatnya di sebuah warung kecil di dusun Tenggak, Desa Nglombo, Kecamatan Sidoharjo. Bila Anda pemudik dari Jakarta yang ke Sragen melewati jalur alternatif Salatiga - Karangggede - Gemolong - Sragen maka setelah 20 meter melewati Jembatan Gawan perhatikan kiri jalan, Anda akan menjumpai warung bercat kuning oranye dengan tulisan Bothok Mercon terpampang dengan jelas. Telah 30 tahun lebih warung kecil yang berdiri di dekat jembatan Nggawan ini setia dengan menu tunggalnya yakni Bothok Mercon. Namun baru sekitar 3 tahunan ini warung milik Wiro Admojo dan Tumiyem mulai ramai dikunjungi pelanggan. Menurut pengakuannya, sejak diberi nama Warung Bothok Mercon sekitar tiga tahun lalu, warungnya mulai ramai didatangi pelanggan dari berbagai daerah. Semula pelanggannya hanya berasal dari penduduk sekitar. “Sejak diberi nama Mercon, banyak yang penasaran dan ingin mencoba mencicipinya” Terang Wiro. Dari plat nomor kendaraan yang digunakan oleh pelanggannya, terlihat banyak yang berasal dari luar daerah Sragen. Larisnya pelanggan yang mampir ke warungnya karena letak warungnya yang strategis. “Banyak juga pejabat dari Semarang yang mampir ke warung kami” terang Wiro sambil melayani pelanggan.
Nama “Mercon” untuk warungnya, menurut Bapak berusia 66 tahun ini merupakan pemberian dari Wakil Bupati Sragen, Agus Factur Rahman. “Kala itu beliau sering berkunjung ke warung saya ini, kemudian beliau memberikan nama Mercon, sesuai dengan citarasa pedas botok ikan patin menu tunggal kami” terang Wiro.
Nama “Mercon” untuk warungnya, menurut Bapak berusia 66 tahun ini merupakan pemberian dari Wakil Bupati Sragen, Agus Factur Rahman. “Kala itu beliau sering berkunjung ke warung saya ini, kemudian beliau memberikan nama Mercon, sesuai dengan citarasa pedas botok ikan patin menu tunggal kami” terang Wiro.
Untuk memberikan citarasa yang sangat pedas, untuk empat kilo gram ikan patin dibumbui lombok sebesar 1 kilogram. Dalam satu hari ia membutuhkan kurang lebih 4 kilogram lombok, karena setiap harinya ia menghabiskan minimal 16 kilogram ikan patin untuk diolah menjadi bothok. Setiap kilogram ikan patin dapat diolah menjadi 9 bungkus. Sehingga dalam satu hari rata-rata ia dapat menyajikan 144 bungkus. Sejak berdiri hingga sekarang, setiap harinya bothok merconnya selalu habis.
tempat makan asyik di sragen | makanan khas sragen | KULINER DI SRAGEN | tempat jajan | kuliner khas dan beda | jembatan nggawan | rekomendasi rumah makan di sragen | makanan nikmat dan lezat di sragen
tempat makan asyik di sragen | makanan khas sragen | KULINER DI SRAGEN | tempat jajan | kuliner khas dan beda | jembatan nggawan | rekomendasi rumah makan di sragen | makanan nikmat dan lezat di sragen
0 comments:
Posting Komentar