Kematian bocah Muhammad Iqbal Tawakal, 3,5, diyakini orangtuanya diduga disebabkan keracunan makanan takjilan di Masjid Al Asri, Perumahan Candi Asri, Karangmalang, Sragen. Keluarga korban meminta perkara tersebut diusut lebih lanjut secara hukum. Ibunda korban, Suratmi, saat ditemui wartawan di rumahnya, Minggu (15/8), menjelaskan kronologi penanganan anak bungsunya yang berumur di bawah lima tahun itu. Kondisi Suratmi masih shock dengan kematian anaknya. Dia baru menyadari kondisi yang dialaminya ternyata juga dialami sejumlah warga di Candi Asri.
“Pembagian takjilan itu berlangsung pada buka puasa pertama untuk sebanyak 50 anak. Janis makanan yang dibagi tidak hanya dua jenis, melainkan empat jenis, yakni sarang gesing, ager-ager, sejenis kue apem dan kacang atom. Pemberian takjilan itu dibagi empat orang. Nah, kebetulan anak saya yang kecil itu juga ikut makan,” ujar Suratmi yang juga pengasuh taman pendidikan Alquran (TPA) di masjid itu.
Dia mengaku drop kesehatan pada Kamis (12/8) bersamaan dengan kondisi anaknya. Kebetulan anak sulung Suratmi tidak ikut makan makanan takjilan, sehingga tidak mengeluhkan mual dan sebagainya. Dia menguraikan, korban mengalami muntah sekali dan mencret berulang kali dengan selang waktu kurang dari 10 menit. Bau berak korban, ujarnya, juga aneh tidak seperti berak bocah yang kesehatannya normal.
“Saya cukup minum obat maag. Sekitar pukul 21.00 WIB anak saya mengalami kejang dan segera dibawa ke RSU Sarila Husada. Saya sempat ditanya petugas medis di UGD RSU itu, anaknya makan apa? Karena memang tidak makan apa-apa, ya saya jawab tidak makan apa-apa. Saya juga sempat tanya dokter jaga, dan jawabnya anak saya mengalami radang otak. Saya kaget, kok bisa? Sebelumnya belum pernah ada keluhan apa dari anak saya,” kisahnya.
Waktu dirawat di RSU Sarila Husada, ungkapnya, Iqbal sempat mengalami kejang beberapa kali dan sempat diambil sampel darahnya. Dia menyeritakan, dokter meminta saya untuk merujuk Iqbal ke RSU Solo, karena kondisi belum siuman. “Sekitar Jumat (13/8) pukul 11.30 WIB, Iqbal saya bawa kr RSU Kasih Ibu Solo. Sesampainya di RSU langsug masuk ICU dan masuk ruang isolasi. Jadi anak saya hanya berahan tiga jam di ruang isolasi. Sekitar pukul 17.24 WIB, saya diberitahu dokter bahwa Iqbal telah tiada,” paparnya dengan sesekali membasuh air matanya.
Semula Suratmi menerima kematian Iqbal dengan iklas karena takdir Tuhan. Namun setelah mendengar keluhan kondisi yang sama dari tetangga dan sejumlah aparat Polsek Karangmalang berkunjung ke rumahnya, baru kecurigaan terhadap makanan takjilan muncul. Setelah ditelusuri, Suratmi menyakini dugaan kematian anaknya disebabkan keracunan makanan.
Ayahanda korban, Agus S pun juga memiliki analisa yang sama. Keyakinan Agus terhadap dugaan akibat keracunan itu 100%. Dia sempat melakukan kondultasi ke praktisi hukum di Solo untuk meminta masukan langkah-langkah apa yang harus ditempuh. “Saya masih menunggu hasil penyelidikan kepolisian. Jika nantinya ada bukti yang kuat, maka saya akan melaporkan ke penegak hukum secara resmi. Dalam waktu dekat saya akan menemui orang-orang yang mengalami hal senada. Mestinya ada empat jenis makanan yang diambil sampel. Siapa yang membuat, ada kesengajaan atau tidak? Semua itu harus diusut,”
“Pembagian takjilan itu berlangsung pada buka puasa pertama untuk sebanyak 50 anak. Janis makanan yang dibagi tidak hanya dua jenis, melainkan empat jenis, yakni sarang gesing, ager-ager, sejenis kue apem dan kacang atom. Pemberian takjilan itu dibagi empat orang. Nah, kebetulan anak saya yang kecil itu juga ikut makan,” ujar Suratmi yang juga pengasuh taman pendidikan Alquran (TPA) di masjid itu.
Dia mengaku drop kesehatan pada Kamis (12/8) bersamaan dengan kondisi anaknya. Kebetulan anak sulung Suratmi tidak ikut makan makanan takjilan, sehingga tidak mengeluhkan mual dan sebagainya. Dia menguraikan, korban mengalami muntah sekali dan mencret berulang kali dengan selang waktu kurang dari 10 menit. Bau berak korban, ujarnya, juga aneh tidak seperti berak bocah yang kesehatannya normal.
“Saya cukup minum obat maag. Sekitar pukul 21.00 WIB anak saya mengalami kejang dan segera dibawa ke RSU Sarila Husada. Saya sempat ditanya petugas medis di UGD RSU itu, anaknya makan apa? Karena memang tidak makan apa-apa, ya saya jawab tidak makan apa-apa. Saya juga sempat tanya dokter jaga, dan jawabnya anak saya mengalami radang otak. Saya kaget, kok bisa? Sebelumnya belum pernah ada keluhan apa dari anak saya,” kisahnya.
Waktu dirawat di RSU Sarila Husada, ungkapnya, Iqbal sempat mengalami kejang beberapa kali dan sempat diambil sampel darahnya. Dia menyeritakan, dokter meminta saya untuk merujuk Iqbal ke RSU Solo, karena kondisi belum siuman. “Sekitar Jumat (13/8) pukul 11.30 WIB, Iqbal saya bawa kr RSU Kasih Ibu Solo. Sesampainya di RSU langsug masuk ICU dan masuk ruang isolasi. Jadi anak saya hanya berahan tiga jam di ruang isolasi. Sekitar pukul 17.24 WIB, saya diberitahu dokter bahwa Iqbal telah tiada,” paparnya dengan sesekali membasuh air matanya.
Semula Suratmi menerima kematian Iqbal dengan iklas karena takdir Tuhan. Namun setelah mendengar keluhan kondisi yang sama dari tetangga dan sejumlah aparat Polsek Karangmalang berkunjung ke rumahnya, baru kecurigaan terhadap makanan takjilan muncul. Setelah ditelusuri, Suratmi menyakini dugaan kematian anaknya disebabkan keracunan makanan.
Ayahanda korban, Agus S pun juga memiliki analisa yang sama. Keyakinan Agus terhadap dugaan akibat keracunan itu 100%. Dia sempat melakukan kondultasi ke praktisi hukum di Solo untuk meminta masukan langkah-langkah apa yang harus ditempuh. “Saya masih menunggu hasil penyelidikan kepolisian. Jika nantinya ada bukti yang kuat, maka saya akan melaporkan ke penegak hukum secara resmi. Dalam waktu dekat saya akan menemui orang-orang yang mengalami hal senada. Mestinya ada empat jenis makanan yang diambil sampel. Siapa yang membuat, ada kesengajaan atau tidak? Semua itu harus diusut,”
0 comments:
Posting Komentar