Warga Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Sragen, Rabu (15/9) pukul 03.00 WIB geger karena temuan seorang bayi mungil yang masih merah bersimbah darah di depan seorang warga. Bayi itu hanya bisa menangis saat tergeletak di teras rumah. Penemuan bayi itu menjadi heboh di lingkungan Sidodadi, Masaran. Setelah ditelusuri ternyata warga menemukan seorang perempuan tersimpuh lemas tak berdaya. Perempuan itu pun tak berdaya dan nyaris kehabisan darah setelah melahirkan.
Warga pun langsung melaporkan kejadian itu ke Polsek Masaran. Petugas yang datang ke lokasi kejadian segera membawa ibu dan bayi yang berstatus gelandangan itu ke Puskesmas I Masaran. Namun pihak Puskesmas juga tak sanggup menangani, karena kondisi bayi mulai dingin dan kondisi ibunya pun juga lemah. Pihak Puskesmas segera merujuk ke RSUD Sragen.
Kapolres Sragen AKBP IB Putra Narendra melalui Kapolsek Masaran AKP Joko Purnomo membenarkan kejadian tersebut. Dia menerangkan, bayi itu berkelamin laki-laki dan sempat dirawat warga sekitar. “Karena khawatir dengan kondisi bayi dan ibunya, maka bayi dan ibu itu dibawa ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD Sragen,” ujarnya saat dihubungi Rabu (15/9).
Bayi dan ibunya dirawat intensif secara terpisah di RSUD Sragen. Ibu bayi yang belum diketahui identitasnya dirawat di ruang isolasi di bangsal Cempaka. “Saat menjahit lubang kemaluannya, banyak perawat yang kewalahan. Butuh banyak orang untuk menangani ibu ini, karena mengamuk terus,” ujar salah satu petugas di bangsa Cempaka yang didampingi pejabat Humas RSUD Sragen Febri Sadyastuti.
Sementara kondisi bayi akhirnya kembali normal dan sehat setelah menjalani perawatan inkubator sejak pukul 06.50 WIB. Kepala Perinatologi RSUD Sragen, Herwahyuning SST mengisahkan, bayi tersebut masuk RSUD dalam kondisi kotor dan lemas dengan suhu badan 34,8 derajat celcius. Padahal kondisi suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,5 derajat celcius.
“Sampai pukul 10.00 WIB, suhu tubuh bayi ini mulai normal. Berat badanya 2,95 kg dengan tinggi badan sekitar 48 cm. Kondisinya terus berangsur-angsur baik dan sehat. Minumnya juga kuat. Kendati demikian kami masih melakukan perawatan dengan standar resiko tinggi. Karena jika kondisi bayi tidak steril, maka berisiko terjadi infeksi,” tegasnya.
Warga pun langsung melaporkan kejadian itu ke Polsek Masaran. Petugas yang datang ke lokasi kejadian segera membawa ibu dan bayi yang berstatus gelandangan itu ke Puskesmas I Masaran. Namun pihak Puskesmas juga tak sanggup menangani, karena kondisi bayi mulai dingin dan kondisi ibunya pun juga lemah. Pihak Puskesmas segera merujuk ke RSUD Sragen.
Kapolres Sragen AKBP IB Putra Narendra melalui Kapolsek Masaran AKP Joko Purnomo membenarkan kejadian tersebut. Dia menerangkan, bayi itu berkelamin laki-laki dan sempat dirawat warga sekitar. “Karena khawatir dengan kondisi bayi dan ibunya, maka bayi dan ibu itu dibawa ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD Sragen,” ujarnya saat dihubungi Rabu (15/9).
Bayi dan ibunya dirawat intensif secara terpisah di RSUD Sragen. Ibu bayi yang belum diketahui identitasnya dirawat di ruang isolasi di bangsal Cempaka. “Saat menjahit lubang kemaluannya, banyak perawat yang kewalahan. Butuh banyak orang untuk menangani ibu ini, karena mengamuk terus,” ujar salah satu petugas di bangsa Cempaka yang didampingi pejabat Humas RSUD Sragen Febri Sadyastuti.
Sementara kondisi bayi akhirnya kembali normal dan sehat setelah menjalani perawatan inkubator sejak pukul 06.50 WIB. Kepala Perinatologi RSUD Sragen, Herwahyuning SST mengisahkan, bayi tersebut masuk RSUD dalam kondisi kotor dan lemas dengan suhu badan 34,8 derajat celcius. Padahal kondisi suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,5 derajat celcius.
“Sampai pukul 10.00 WIB, suhu tubuh bayi ini mulai normal. Berat badanya 2,95 kg dengan tinggi badan sekitar 48 cm. Kondisinya terus berangsur-angsur baik dan sehat. Minumnya juga kuat. Kendati demikian kami masih melakukan perawatan dengan standar resiko tinggi. Karena jika kondisi bayi tidak steril, maka berisiko terjadi infeksi,” tegasnya.