Film ini mengambil setting waktu awal abad ke 20, ketika dunia muslim diwarnai kondisi yang sebagian orang sebut sebagai sebuah gerakan pemurnian Islam. Gerakan ‘pemurnian’ ini dipopulerkan oleh beberapa tokoh seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al Afghani, Rasyid Ridha dll. Motivasi dasar gerakan ini adalah kembali pada inti ajaran Islam dan melepaskan ajaran tahayul. Menjelang Idul Fitri, sutradara Andal Hanung Bramantyo, kembali merilis film bertema religi. Film yang menampilkan aksi berakting Giring ‘Nidji’ pertama kali di layar lebar ini berjudul ‘Sang Pencerah’.
Di Indonesia sendiri muncul sosok pembawa pemikiran tesebut, dia adalah Muhammad Darwis yang kemudian dikenal dengan nama Ahmad Dahlan, seorang muslim dari Kauman Yogyakarta. Secara umum, film ini menceritakan proses lahirnya salah satu organisasi sosial kemasyarkatan umat muslim, Muhammadiyah. Sedangkan secara khusus tentu saja menyangkut kisah tokoh sentranya, KH. Ahmad Dahlan. Jalan cerita film ini dimulai dari kelahiran seorang bayi bernama Muhammad Darwis. Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga santri di Kauman Yogyakarta. Darwis (diperankan Ihsan Tarore) tumbuh sebagai seorang pemuda yang cerdas, dan peka dengan kondisi lingkungannya. Khususnya, dalam beberapa praktek keagamaan.
Namun, makin beranjak dewasa, ia makin merasa gelisah melihat sesuatu yang dianggapnya sebagai sebuah penyimpangan. Beberapa dialog dengan ayahnya yang merupakan seorang khatib Masjid Besar Kauman, seputar kegelisahannya ini beberapa kali dimunculkan dalam film ini. Beberapa waktu kemudian dia memutuskan menunaikan ibadah haji. Di sanalah ia mulai menemukan kepercayaan untuk menjalankan keyakinannya. Ditandai dengan nama baru, dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan (Lukman Sardi), pemuda ini berkeinginan menyampaikan keyakinannya itu kepada masyarakat Indonesia.
Inti dari ajarannya adalah Islam tidak sekadar masalah tauhid, tetapi menyangkut kesejahteraan, pendidikan. Baginya, kemiskinan dan keterbelakangan bangsanya ini disebabkan karena kebodohan.
Ia memulai ikhtiarnya dengan mengubah arah kiblat yang dinilainya salah dan mendirikan sebuah langgar kecil tempat ia berdakwah. Di sinilah idealisme Dahlan berbenturan dengan realitas masyarakatnya yang kemudian melahirkan berbagai konflik, kegetiran, ketegaran serta pelajaran hidup.
Dalam kiprahnya itu, Dahlan selalu ditemani oleh istri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Meca), dan 5 murid-murid setianya, Sudja (Giring Nidji), Fahrudin, Hisyam, Syarkawi, dan Abdulgani.
Secara keseluruhan film ini berusaha memotret pemahaman dan sikap keagamaan umat Islam Indonesia pada abad ke 20 itu. Berisi Dialog, perbedaan persepsi dalam praktek religiusitas, ironisme perbedaan yang ditanggapi dengan konflik dan kekerasan.
Namun, film ini juga memberi pesan, agar kita lebih arif dalam memahami dan menyikapi perbedaan. Kekerasan atas nama agama sangat mencederai kerukunan dalam kehidupan bermasyatakat.
Sementara itu, Hanung Bramantyo mengungkapkan bahwa film ini adalah salah satu ikhtiarnya untuk menceritakan kisah tokoh bangsa Indonesia kepada generasi muda agar dapat mengambil teladan dan belajar.”Agar mereka mengenal sosok para pahlawan seperti Soekarno, Kartini termasuk Ahmad Dahlan. Dan, tidak menganggap untuk menjadi pahlawan harus tua dulu”, kata suami Zaskia Adya Mecca itu dalam pemutaran film perdananya di FX, Senayan, Jakarta.
Hal yang mungkin agak kurang dalam karya ini adalah dialog yang mempertemukan antar dua pandangan yang berbeda selalu diakhiri dengan ketegangan, hingga konflik fisik dll. Bahkan cenderung bersifat satu arah dalam memandang sebuah kebenaran. Padahal bila dikemas dengan dialog kultural, tradisi dan agama yang seimbang maka masyarakat akan lebih cerdas dalam memahami perbedaan yang ada.
Namun selebihnya, pemirsa akan dihibur oleh penampilan dua penyanyi top tanah air, Giring Nidji dan Ihsan Tarore. Mantan penyanyi cilik Jhosua pun ikut meramaikan film ini.
sumber : disini
0 comments:
Posting Komentar