Seorang dokter di kota Benghazi Libya mengatakan rumah sakitnya telah menerima sedikitnya 200 pengunjuk rasa yang tewas oleh pasukan Moammar Gadhafi selama beberapa hari terakhir ini. Pejabat dari sebuah rumah di kota tersebut memilih tak mau disebutkan namanya karena takut terkena aksi pembalasan dari kelompok pro pemerintah.
Saksi itu mengatakan kepada Associated Press bahwa pasukan khusus, serta tentara bayaran asing dan loyalis Gadhafi terlihat pergi Sabtu kemarin, lengkap dengan pisau, senapan serbu dan senjata berkaliber berat.
Mereka, dia menambahkan, terlihat menuju para demostran yang melakukan protes di Benghazi, yang bertujuan menjatuhkan Moammar Gadhafi yang lebih dari 40 tahun berkuasa di Libya.
Seperti diketahui, pengunjuk rasa terus menentang tindakan keras yang dilakukan rezim Moammar Gadhafi. Mereka kembali mendatangi alun-alun di luar sebuah gedung pengadilan di kota Benghazi untuk menuntut dan menggulingkan penguasa lama Moammar Gadhafi, Minggu waktu setempat.
Saksi mengatakan bahwa ratusan demonstran berkumpul Minggu pagi di gedung pengadilan, setelah seharian terjadi pertumpahan darah, di mana pasukan Libya menembaki pelayat yang meninggalkan pemakaman pengunjuk rasa yang tewas. Dalam jam setelah serangan itu, seorang pejabat medis mengatakan sedikitnya 15 orang tewas.
Namun, Mohammed Abdullah, seorang anggota Front Keselamatan Libya yang berbasis di Dubai mengatakan hari Minggu ini korban bisa jauh lebih tinggi. Dia mengutip dari pejabat rumah sakit di Benghazi yang mengatakan kalau korban tewas mungkin telah mencapai 300 orang.
• VIVAnews
0 comments:
Posting Komentar